SITUBONDO – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendapat dukungan penuh untuk mengungkap tuntas dugaan korupsi kuota haji, sebuah langkah yang diharapkan menjadi pintu masuk untuk memberantas praktik korupsi lain yang melilit pelaksanaan ibadah haji di Indonesia. Dukungan ini datang dari HRM Khalilur R Abdullah Sahlawiy (Ji Lilur), yang secara vokal menyerukan “pembersihan total” terhadap berbagai potensi korupsi dalam urusan haji.
Dalam pernyataan yang ia bagikan, Ji Lilur menggunakan narasi metaforis yang kuat, menyandingkan lima potensi korupsi dengan nama-nama binatang. “Tikus Buluk Maling Pondokan Haji,” atau TILUK MAPOJI, adalah salah satu istilah yang ia gunakan untuk menggambarkan dugaan korupsi di sektor akomodasi haji. Selain itu, ia juga merinci empat potensi korupsi lainnya:
- LUBER MAKOJI (Lutung Beruk Rembang Maling Kuota Haji): Istilah ini merujuk pada dugaan korupsi kuota haji yang kini tengah diselidiki KPK. Setelah penyidikan KPK, istilah ini ditingkatkan menjadi LUBER MAKOJI KORSALIUN, yang menambahkan frasa “Koruptor Satu Triliun”,
- CINGGAR MAKAJI (Kucing Garong Maling Katering Haji): Menggambarkan korupsi di sektor katering haji,
- TILUK MAPOJI (Tikus Buluk Maling Pondokan Haji),
- SIBUK MAKDAMJI (Srigala Busuk Maling Kambing Dam Haji): Merujuk pada penyelewengan dana atau praktik korupsi terkait kambing dam haji,
- KETAN MAPANJI (Kelelawar Setan Maling Alat Perlengkapan Haji): Istilah ini ditujukan untuk korupsi dalam pengadaan perlengkapan haji.
Ji Lilur mendesak KPK untuk “menggulung” seluruh “gerombolan lima binatang” ini, yang ia yakini telah mengganggu pelaksanaan ibadah haji. Ia juga secara spesifik meminta KPK menerapkan pasal Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dalam kelima kasus tersebut. Menurutnya, penerapan TPPU akan membuka aliran dana hasil korupsi, sehingga masyarakat bisa melihat kemana saja uang jamaah haji mengalir.
Sebagai cicit Sayyid Ali Murtadho dan Pangeran Kanduruhan Raja Sumenep, Ji Lilur juga menegaskan dukungannya sebagai anggota Nahdlatul Ulama (NU). Ia menyatakan bahwa jutaan jamaah NU mendukung penuh KPK, bahkan jika pelaku korupsi ternyata adalah tokoh-tokoh terkemuka dari PBNU atau MUI. Untuk menunjukkan keseriusannya, ia bahkan bersedia memimpin ribuan warga NU untuk berunjuk rasa di depan kantor KPK sebagai bentuk dukungan.
Dalam pernyataannya, ia juga menyentil kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, menyatakan bahwa rakyat bangga karena presiden telah bersumpah untuk memberantas korupsi demi kesejahteraan rakyat.
“Kalau Donald Trump menaikkan tarif ekspor untuk membangkitkan ekonomi Amerika, Presiden Republik Indonesia cukup memberantas koruptor untuk membawa Republik Indonesia jaya raya,” tulisnya.
Pernyataan ini diakhiri dengan seruan “Salam Anti Korupsi,” “Salam Amar Makruf Nahiy Mungkar,” dan “Salam Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia,” menggarisbawahi komitmennya terhadap keadilan dan integritas dalam pelaksanaan ibadah haji, sebuah pilar penting bagi umat Muslim di Indonesia.