Reportase.today Situbondo Minggu 13 Juni 2025: Matahari baru naik dari timur ketika aroma laut dan asap dupa menyatu di udara, menyambut ratusan warga yang telah memadati bibir pantai Dusun Lesanan Lor, Desa Pesisir, Kecamatan Besuki. Hari itu, Minggu pagi (13/7), laut bukan hanya bentang biru tempat menggantungkan hidup, tapi menjadi altar suci tempat harapan dan syukur dilabuhkan dalam ritual Petik Laut atau yang biasa disebut Larung Sesaji Gitek.

Petik Laut bukan sekadar pesta rakyat. Ia adalah warisan spiritual dan kultural masyarakat pesisir yang hingga kini tetap dijaga hidup. Tahun ini, sekitar 350 orang hadir dalam tasyakuran yang dilaksanakan mulai pukul 08.00 hingga 10.00 WIB. Upacara ini menjadi penanda tahunan yang sarat makna, wujud syukur atas limpahan hasil laut, sekaligus doa keselamatan bagi para nelayan yang menantang ombak setiap hari.

Rangkaian kegiatan dimulai dari apel pengamanan di Polsek Besuki, dipimpin langsung oleh Kapolsek AKP Febry Hermawan. Namun denyut utama acara terjadi di muara pantai Lesanan Lor, tahlil, istighotsah, sholawat nariyah, hingga doa khusyuk yang dipimpin Ustadz Fathor Rahman menggema di tengah suara ombak yang tak henti menyapa.
Hadir dalam kegiatan tersebut antara lain Sekcam Besuki Ganda Eka Prasetya, Kapolsek Besuki AKP Febry Hermawan, Kasat Polairud Situbondo AKP Gede Sukarmadiyasa, serta perwakilan Koramil, tokoh masyarakat, dan aparatur desa.
Acara puncak terjadi ketika Kades Pesisir, Ahmadi, secara simbolis melepas larung sesaji ke tengah laut. Dalam sambutannya, ia menggarisbawahi makna tasyakuran sebagai bagian dari budaya rokat laut, sebuah bentuk penghormatan kepada alam dan Sang Pencipta.
“Tujuan dari rokat laut ini tidak lain adalah untuk mencari barokah dan keselamatan dalam bekerja. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan, kesehatan, dan umur yang barokah bagi masyarakat pesisir, khususnya para nelayan,” ucapnya di depan hadirin.
Sebanyak dua perahu besar (selerek) dan sepuluh perahu kecil ikut mengiringi prosesi larung sesaji, mengantar harapan-harapan itu mengarungi samudera.
Tradisi Petik Laut di Desa Pesisir bukanlah agenda musiman tanpa makna. Ia adalah warisan turun-temurun sejak zaman nenek moyang. Dalam larung sesaji, terdapat narasi panjang tentang relasi spiritual antara manusia dan alam, tentang bagaimana laut bukan hanya tempat mencari nafkah, tetapi juga ruang sakral tempat manusia menyapa kekuatan yang lebih besar.
Panitia yang dipimpin P. No dan Lia mengemas acara ini dengan tertib dan penuh kekhidmatan. Begitu pula dari sisi keamanan, kegiatan berjalan lancar berkat dukungan personel gabungan dari Polsek Besuki, Satpolairud Situbondo, dan Koramil Besuki.
Saat perahu terakhir kembali ke pantai dan warga mulai membubarkan diri, yang tersisa di garis pantai bukan hanya jejak kaki di pasir, tetapi juga jejak kebudayaan yang masih bertahan di tengah arus zaman. Di Pesisir, laut tak sekadar tempat menggantungkan jaring, ia adalah cermin harapan, altar syukur, dan penjaga identitas.

Selamatan Desa, Petik Laut, atau Larung Sesaji, apa pun sebutannya, satu hal pasti, masyarakat Dusun Lesanan Lor masih teguh menjaga warisan ini sebagai penanda kehidupan yang bersandar pada tradisi, kebersamaan, dan doa.
(Sub_panpiko/Biro Siti Jenar Group Multimedia)