Reportase.today – Situbondo | Rabu (11/12/24)
Bupati Situbondo terpilih dalam Pilkada Situbondo 2024, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, yang akrab disapa Mas Rio, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi birokrasi di pemerintahan Situbondo yang dianggapnya mengalami penyakit akut. Menurut Mas Rio, birokrasi di Situbondo dipenuhi oleh penunggang gelap atau free rider yang mengancam daerah.
“Penunggang gelap merusak dalam proses demokratisasi di Situbondo. Mereka itu tidak mendukung, karena tidak pernah diajari nilai profesionalisme,” ujarnya.
Mas Rio menegaskan akan membenahi birokrasi yang dianggapnya telah melenceng dari profesionalisme dan sangat politis. “Birokrasi saat ini lebih politis daripada politisi. Bagaimana camat-camat bergerak untuk mengonsolidasi RT/RW dan warga untuk dukung mendukung. Itu yang harus saya hentikan,” katanya.
Ia juga menyebut bahwa ASN berhak memiliki preferensi politik, tetapi tidak boleh ditampakkan. “Jangan jadi aktor politik,” tegasnya.
Mas Rio menyoroti budaya korupsi di birokrasi yang akut, seperti jual beli jabatan. “Itu hal umum yang kita dengarkan, dan masyarakat sipil tidak berdaya untuk memperbaiki itu. Bahkan saya menang dapat 3 hari, sudah ada yang mau ngasih duit ke saya. Saya benar marah, dikira saya bisa dibeli,” ucapnya dengan nada tinggi.
Rio sadar bahwa memperbaiki keadaan tidaklah mudah dan dia bertekad akan memulai dari dirinya sendiri. “Mulai dari di saya dulu, bagaimana mengonsolidasi birokrasi,” tuturnya.
Mas Rio kembali menegaskan bahwa birokrasi wajib berjalan dalam alurnya secara profesional. Urusan politik adalah bagian bupati, wakil bupati, dan seluruh anggota partai politik. “Oknum-oknum di birokrasi ini memanfaatkan politik untuk kepentingan jabatan. Saya harus menjelaskan kepada mereka, you adalah birokrat, you harus profesional, you jangan bermain politik,” katanya.
Untuk mengurai benang kusut, Rio bertekad membuat sistem yang baik sehingga dibentuklah tim transisi. Ia akan terbuka dalam rekrutmen kepala dinas. “Misalnya kepala Dinas PUPR yang selama ini selalu menjadi dinas mata air, saya harus profesional. Saya ajak satu, dua orang atau siapa pun saya ajak presentasi di hadapan saya, dan wakil bupati. Saya akan terbuka nanti saya akan live TikTok,” paparnya.
Mas Rio turut menyoroti hubungan dengan kultur. Ia menilai budaya sebagai pressure group yang harus didengar suaranya. “Kultur itu seperti kiai tokoh-tokoh ulama dalam konsolidasi public policy itu perannya sebagai pressure group, ide-idenya sangat strategis, wajib bagi saya untuk berbicara, tapi decision maker adalah saya. Saya independen, saya mandiri, tapi siapa pun bisa memberikan masukan,” ungkapnya.
“Saya akan membuat ketegasan di situ, orang tidak bisa menyuap saya. Orang datang ke ponpes mana lah, dia berharap menjadi kepala dinas, dia akan menggali lubang kuburnya sendiri,” pungkasnya.