SITUBONDO – Dalam dunia bisnis yang kompetitif dan dinamis, membangun jaringan (networking) kerap dianggap sebagai salah satu kunci sukses utama. Namun, bagi HRM Khalilur R Abdullah Sahlawiy atau yang akrab disapa Ji Lilur, kekuatan bisnis sejati justru bermula dari dalam: dari niat, kualitas, dan nilai besar yang tertanam dalam diri maupun perusahaan.
“Bukan jaringan yang utama, tapi potensi internal. Kalau potensi itu kuat, jaringan akan datang dengan sendirinya,” ungkap Ji Lilur dalam sebuah pemaparan inspiratif bertajuk “Melestarikan Jaringan”.
Sebagai pendiri sekaligus pemilik Bandar Laut Dunia Grup (BALAD GRUP) dan ALI INVESTMENT Pte Ltd Singapore, Ji Lilur menyampaikan bahwa dirinya tidak terlalu peduli memperluas jaringan secara konvensional.
Fokus utamanya adalah membangun nilai besar perusahaan yang ia rintis dan besarkan. Salah satu misinya yang cukup ambisius adalah menjadikan BALAD GRUP sebagai perusahaan perikanan budidaya terbesar di dunia dengan area pengelolaan mencapai 90.000 hektare.
Menurutnya, ketika kualitas internal perusahaan meningkat, jaringan akan terbentuk secara alamiah. Relasi, mitra strategis, hingga sahabat baru akan datang dengan sendirinya ketika nilai yang ditawarkan benar-benar dirasakan dan dibutuhkan. Hal ini terbukti dalam perjalanan bisnisnya.
Dalam sebuah dokumentasi visual, Ji Lilur tampil bersama dua kolega utama:
- Moh. Ka’bil Mubarok (MKM) – Direktur Utama BALAD GRUP, yang disebut sebagai pemimpin penaklukan laut dan samudera Nusantara.
- Gambar Tubagus Ardhika (GTA) – Direktur Utama ALI INVESTMENT Pte Ltd Singapore, yang memimpin arah investasi internasional untuk kepentingan Indonesia.
“Jaringan itu penting, tapi melestarikan jaringan jauh lebih penting. Dan yang paling penting adalah bagaimana kita menjadi pihak yang dibutuhkan oleh jaringan, bukan sebaliknya,” tegas Ji Lilur.
Dengan visi besar tersebut, Ji Lilur menyatakan bahwa “Dunia membutuhkan Saya” adalah prinsip mental yang ia suntikkan dalam dirinya. Bukan sebagai bentuk kesombongan, tetapi sebagai energi penggerak untuk membangun sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya: kawasan perikanan budidaya terbesar di dunia yang berorientasi global namun berakar di Indonesia.
“Kalimat itu saya jadikan energi penaklukan, lalu saya alirkan dengan niat dan semangat ilahiyah,” lanjutnya.
Ia juga memaparkan bahwa gerakan ekonomi yang dibangun melalui BALAD GRUP merupakan konsep baru yang belum ada di dunia: kawasan budidaya perikanan multispesies dengan cakupan sangat luas dan berstandar global. Konsep ini, menurutnya, bukan hanya akan menjadi model baru dunia, tapi juga menjadikan Indonesia sebagai kiblat baru dalam sektor perikanan budidaya global.
Meskipun jaringan terus tumbuh dan relasi terus berdatangan, Ji Lilur tetap memegang prinsip bahwa relasi yang sehat harus berlandaskan kepercayaan dan saling menguntungkan. Baginya, menjaga relasi tidak bisa dilakukan dengan terus-menerus bergantung pada pihak lain, namun justru dengan menjadikan diri atau perusahaan dibutuhkan oleh relasi tersebut.
“Agak berat dan tidak mudah. Tapi kalau mudah, semua orang pasti bisa melakukannya,” ucapnya jujur.
Apa yang dibangun Ji Lilur tidak hanya tentang bisnis, tetapi juga tentang filosofi kepemimpinan, keberanian menetapkan target besar, dan keberlanjutan nilai dalam hubungan profesional. Ia tidak banyak mengumbar pencapaian atau siapa saja yang kini berjejaring dengannya, namun lebih memilih berbagi inspirasi yang bersumber dari pengalaman nyata.
“Berbuatlah terbaik untuk diri sendiri. Tingkatkan nilai diri atau perusahaan. Maka pasar, jaringan, bahkan kekuasaan akan menghampiri,” tuturnya.
Dengan misi besar dan semangat yang terus dijaga, Ji Lilur meyakini bahwa BALAD GRUP mampu membawa Indonesia keluar dari ketergantungan dan menjadi poros baru dunia dalam bidang perikanan budidaya. Sebuah cita-cita yang dibangun dengan fondasi kuat: nilai, niat, jaringan yang lestari, dan kepercayaan bahwa bangsa ini bisa menjadi pemimpin global melalui kekayaan lautnya.
“Salam Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,” tutup Ji Lilur, sambil menegaskan kembali keyakinannya: “Saya Dibutuhkan Dunia.”