KANGEAN, SUMENEP – Pulau Kangean, dengan hamparan potensi alamnya yang subur, kini tengah menatap babak baru dalam pembangunan ekonominya. Sebuah tawaran revolusioner bertajuk “Kangean & Sejuta Kelapa: Sebuah Tawaran Konsepsi Industrialisasi Berbasis Kerakyatan” hadir, menjanjikan transformasi melalui pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal.
Inisiatif ambisius ini digagas oleh PT. Raja Kebun Indonesia (RAKESA), yang menawarkan konsep kemitraan unik kepada masyarakat Kangean. Inti dari gagasan ini adalah penanaman satu juta pohon kelapa jenis Genjah Enthok, varietas unggul yang dikenal dengan produktivitasnya yang tinggi dan masa panen yang relatif singkat.
Dalam skema kerjasama yang ditawarkan, masyarakat Kangean berperan sebagai penyedia lahan untuk penanaman kelapa. Sementara itu, RAKESA akan menyuplai seluruh bibit kelapa, sejumlah satu juta pohon. Sebuah poin krusial dalam kerjasama ini adalah status kepemilikan: pohon kelapa menjadi milik RAKESA, sementara lahan tetap menjadi hak milik masyarakat.
Lebih lanjut, kerjasama ini mengatur alur penjualan hasil panen. Masyarakat sebagai pemilik lahan diwajibkan menjual seluruh buah kelapa kepada RAKESA dengan harga 100% sesuai harga pasar. RAKESA pun memiliki kewajiban mutlak untuk membeli seluruh hasil panen kelapa dari masyarakat.
Guna memaksimalkan nilai tambah dari potensi kelapa Kangean, RAKESA berencana membangun lima pabrik industrialisasi di Situbondo. Pabrik-pabrik ini akan mengolah berbagai turunan produk kelapa, meliputi minyak kelapa, Virgin Coconut Oil (VCO), arang kelapa, gula merah kelapa, dan serabut kelapa. Dengan demikian, hasil panen kelapa dari Kangean akan diangkut ke Situbondo untuk diproses menjadi produk-produk bernilai ekonomi tinggi.
Ketika masa produktif pohon kelapa berakhir, pohon tersebut akan ditebang dan menjadi milik RAKESA. Siklus ini kemudian akan berlanjut dengan penanaman bibit kelapa baru, kembali melibatkan kerjasama antara RAKESA dan masyarakat Kangean.
Konsepsi kerjasama penanaman sejuta pohon kelapa ini secara resmi ditawarkan kepada masyarakat Kangean oleh HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy, yang juga dikenal sebagai Kanjeng Pangeran Edo Yudha Negara, seorang tokoh yang mengklaim sebagai cicit dari Ken Arok. Penawaran ini diajukan atas nama DABATUKA, dengan harapan membawa manfaat besar bagi kemanusiaan.
Inisiatif “Kangean & Sejuta Kelapa” bukan sekadar proyek perkebunan. Lebih dari itu, ini adalah sebuah tawaran konsepsi industrialisasi yang berakar pada pemberdayaan masyarakat. Dengan menjadikan masyarakat sebagai mitra utama dan memberikan kepastian pasar bagi hasil panen, gagasan ini berpotensi menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Kangean.
Tantangan terbesar tentu saja adalah implementasi dan koordinasi yang efektif antara RAKESA dan masyarakat Kangean. Namun, jika sinergi ini terjalin dengan baik, bukan tidak mungkin Kangean akan menjelma menjadi sentra industri kelapa yang maju, memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya, dan membuktikan bahwa industrialisasi dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan kerakyatan. Masa depan Kangean, dengan sejuta pohon kelapanya, kini tampak lebih cerah.